A. Pengertian Mengelas
Mengelas adalah cara mendapatkan sambungan tetap yang menggunakan pengaruh panas. Pada saat penyambungan, bagian yang saling disambungkan dan bahan tambah yang diperlukan bersama-sama melebur.
Kelebihan dan kekurangan sambungan las bila dibandingkan dengan sambungan keling adalah sebagai berikut.
- Untuk sambungan kerangka baja seperti tower, tiang
listrik tegangan tinggi, banguan gudang atau yang sejenis, bila dibanding
dengan sambungan keling, sambungan las lebih ringan sekitar 50 %.
- Kekuatan sambungan las dapat mencapai sekitar 70 % ÷
100 % dari kekuatan tarik logam induk, sedangkan sambungan keling hanya
mencapai sekitar 60 % ÷ 80 % dari kekuatan tarik plat yang disambung.
- Proses kerja las sederhana, jarang memerlukan
pekerjaan pendahuluan, waktu kerja lebih cepat sehingga ongkos lebih murah.
Kekurangan
yang terdapat pada sambungan las dibanding sambungan keling adalah seperti
berikut.
- Bagian yang tersambung akan mengalami perubahan sifat
seperti menjadi lebih lembek atau sebaliknya dan yang lain.
- Sering terjadinya tegangan sisa yang sulit dideteksi.
- Kualitas las sangat dipengaruhi oleh kemampuan juru lasnya.
B. Metode Pengelasan
Pengelasan yang dilakukan
untuk pekerjaan konstruksi baja kebanyakan meng-gunakan pengelasan dengan
busur. Sumber panasnya berasal dari nyala api listrik dari elektroda
terbungkus. Cara pengelasan dengan cara demikian paling banyak digunakan.
Pembungkus elektroda berfungsi sebagai pelindung las dari pengaruh udara luar.
Data-data teknik elektroda terbungkus berdasarkan standar AW-STAM, terdapat
pada Tabel 3.1, data-data praktis tentang diameter kawat las dan besar amper
yang diperlukan, terdapat dalam Tabel
3.2.
C. Kemampuan Dilas
Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap kemampuan bahan untuk dilas di antaranya adalah: sifat
fisik, sifat kimia, sifat kerja bahan, tebal tipis sambungan, kekuatan
sambungan, teknologi penyambungan, perlakuan sebelum, selama dan sesudah dilas
dan sebagainya. Hampir setiap logam dapat dilas dengan baik, meskipun ada
beberapa logam tertentu masih memerlukan persyaratan secara khusus.
Beberapa logam untuk pekerjaan konstruksi yang dapat dilas dengan baik adalah, baja karbon dengan kandungan C antara 0,15 % ÷ 0,17 %. Baja jenis ini disebut baja biasa atau baja lunak. Di pasaran baja jenis ini dijual dalam bentuk profil, plat, pipa dan batangan. Baja dengan kandungan C antara 0,20 % ÷ 0,25 % agak sulit untuk dilas, karena setelah dilas sering terjadi pengerasan di permukaan. Baja cor dengan kandungan C rendah, tanpa paduan yang lain juga dapat dilas dengan baik. Baja padu juga dapat dilas, namun memerlukan persyaratan khusus seperti: komposisi kawat las, dan juru las harus memadai. Jenis baja yang lain seperti baja cor tempa putih, baja nikel, baja monel juga dapat dilas dengan baik.
D.
Bentuk Kampuh Las
Beberapa bentuk kampuh las untuk
ketebalan plat antara 2,5 mm ÷ 8 mm ditunjukkan seperti dalam gambar berikut.
1. Kampuh las sudut.
Bentuk kampuh las sudut dalam Gambat
3.1, merupakan bentuk las yang paling sederhana, mudah dikerjakan dan
tanpa memerlukan pekerjaan
pendahuluan, kecuali untuk las
tumpul yang memerlukan persyaratan yang lain, seperti tebal plat harus
sama dan sebagainya. Kampuh-kampuh las model (b), (c) dan (d) dalam Gambar 3.2, akan lebih mudah dikerjakan, namun untuk plat yang
tebalnya < 3 mm sering dilas dengan kampuh seperti Gambar 3.2
(a), (e) dan (f).
2. Kampuh
las V
Kebanyakan plat yang memiliki ketebalan antara 3 mm ÷ 2,5 mm kampuh lasnya kampuh V. Namun bila pengelasan dari dua sisi sulit dilakukan, maka bentuk kampuh seperti dalam Gambar 3.3a, hasilnya kurang dapat dipercaya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sambungan yang lebih baik, dibuat celah las seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.3b dan Gambar 3.3c.
3. Kampuh las U
Untuk plat yang memiliki
ketebalan antara 25 mm ÷ 40 mm,
biasanya menggunakan kampuh las model
U Gambar 3.4, sedangkan untuk plat yang
memiliki ketebalan > 40 mm,
digunakan kampuh las model U ganda, Gambar 3.5.
E.
Rancangan BeberapaKonstruksi Las
Para ahli, menganjurkan beberapa hal
sebagai berikut.
1. Untuk menekan harga, namun tetap memperhatikan
masalah kekuatan, jumlah las hendaknya
dibuat seminimum mungkin. Potongan bagian yang akan dilas jangan terlalu kecil, las tipis dan panjang biasanya lebih disukai daripada las
yang pendek dan tebal.
2. Bahan induk yang dapat dibentuk dalam keadaan dingin, hendaknya tidak dilas, karena dapat merusak struktur
logamnya.
3. Konstruksi yang dibangun dengan ukuran plat berukuran tipis dan berpenampang bulat atau persegi, hasil
pekerjaan akan lebih kaku, tahan getar,
tahan lentur dan puntir.
4. Tonjolan-tonjolan akibat pengerjaan
awal hendaknya dibuat sedikit mungkin.
Beberapa contok konstruksi
sambungan yang dianggap kurang baik dan baik oleh para ahli dianjurkan seperti
yang terdapat dalam Tabel 3.1.
F.
Pemusatan Tegangan
Adanya perubahan bentuk yang
mendadak pada las ujung dan las tumpul seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 3.6, akan menyebabkan terjadinya pemusatan
tegangan. Terjadinya pemusatan tegangan tersebut ditunjukkan oleh adanya
penyempitan jalur distribusi tegangan di titik A Gambar 3.6a, dan di titik A, B
dalam Gambar 3.6b.
G.
Perhitungan Kekuatan Kampuh Las
Perhitungan kekuatan las dalam buku ini
menggunakan beberapa ketentuan sebagai berikut.
1. Bahan logam induk berasal dari baja
konstruksi.
2. Pengelasannya dengan las busur.
3. Beban dan tegangan dianggap
terdistribusi secara merata.
4. Kekuatan bahan las sama dengan kekuatan logam induk.
- Las Ujung
Kampuh V
Kampuh pada Gambar 3.8a dibebani tarik, dan kampuh dalam Gambar 3.8b dibeban geser. Las dalam Gambar
3.8a dibebani tarik , sedangkan las
dalam Gambar 3.8b dibe-
bani geser. Besar tegangan tarik dan tegangan
geser dapat dihitung dengan persamaan,
F
σt = τ = ------- kg/mm2 , lb/in2 ………………………….…… (1)
h . l
b.
Kampuh lapis dilas tumpul.
Kemiringan las tumpul
seperti dalam Gambar 3.9, biasanya 45o. Gaya tarik F, pada las Akan terurai menjadi gaya tarik sebesar
F Cos 45o dan gaya geser sebesar F sin
45o, atau Ft = ½ F (2)½ dan Fg
juga = ½ F (2)½ = ½ F x √2 x √2/√2 = F/√2
Besar tegangan tarik dan tegangan
geser dihitung dengan persamaan,
F/√2
F
σt = τ = -------- = ------- …………………………….…… (a,b)
A A√2
dalam
persamaan tersebut, A = luas penampang patah mm2
l = panjang efektif
las. mm.
Tegangan yang terjadi pada las merupakan tegangan gabungan antara tegangan tarik σt dengan tegangan
geser τ. Menurut Hubber dan Henky,
gabungan tegangan tersebut
dihitung dengan persamaan,
σi = σt2 + 3τ2
kg/mm2 .................................................. (2)
F2 3F2 4F2 2F2
atau
σi2
= ----- + ----- = ---- = -----
2A2 2A2 2A2 A2
F
atau σi
= ----- √2 ……….……………………….……..........
(c)
A.
Mengganti persamaan (1) dengan
persamaan (c) akan diperoleh,
σi =
σt√2
σi σ1
σt =
---- = -----
√2 1,41
atau σt = ± 0,71.σi
Dalam pelaksanaannya tegangan gabungan yang terjadi (σi) harus
< dari tegangan tarik (σt).
Berdasarkan pembebanan sambungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.9, maka persamaan (1) dapat
berubah menjadi,
F ≤ 0,71 . σt . A kg/mm2, lb/in2 ………………….….… (3)
c. Kampuh lapis dilas samping,
plat dibebani tarik
Besar reaksi masing-masing
las akibat beban
tarik F pada
plat, sebesar F/2 Gambar 3.10
Reaksi pada alas merupakan beban geser,
besar tegangan geser tersebut dapat dihitung dengan persamaan,
F F
τ = --- atau τ
= -----
A h . l
Las tidak dibebani tarik, oleh karena itu σt = 0. Sehubungan
dengan hal tesebut persamaan tegangan gabungan akan
berubah menjadi,
3F2 F
σi2
= -----
atau σi = --- √3 atau σi = τ√3
A2
A
σi
jadi τ = ---- =
± 0,58.σi
√3
Menggantikan τ ke dalam persamaan (1) akan diperoleh,
F ≤ 0,58.τ.A kg, lb …………………....………….…….. (4)
d. Kampuk las T
Kampuh seperti dalam Gambar 3.11
dibebani tarik dan geser, besar tegangan gabung an yang terjadi dapat
ditentukan dengan persamaan (2) .
H.
Beban Sambungan Las di Luar Pusat
a. Beban konstruksi di luar pusat
Beban F sambungan las dalam Gambar 3.12 akan menimbulkan tegangan geser dan te-
gangan lentur pada las. Besar tegangan geser
dapat ditentukan dengan persamaan,
F
τ = --- dalam hal ini F = beban kg, dan A = luas penampang geser las.
A
sedangkan besar tegangan lentur ditentukan dengan persamaan,
Mb
σb = ------, dalam hal ini Mb = Fx l, dan Wb
= momen tahanan penam-
Wb
pang las
yang melentur. Patahan penampang ini
akan berbentuk persegi panjang, maka Wb = 1/6 x l x h2.
(yang dikuadratkan adalah sisi yang sejajar beban).
Tegangan jumlahnya ditentukan dengan
persamaan.
σi = {(τ)2 + (σb)2}½ kg/mm2, lb/in2 …………………………..… (5)
b. Las sudut di sekeliling pangkal silinder
Las
seperti dalam Gambar 3.13 dibebani puntir, besar momen puntir atau torsi T =
F.d/2.
Torsi tersebut akan diterima oleh las, terhadap las akan menimbulkan tegangan puntir,
besar
tegangan puntir dapat dihitung dengan persamaan,
T
τp = ----,
Wp
Dalam hal ini T momen puntir atau torsi
= F . d/2, Ww momen tahanan
penampang patah las. Kalau h tebal
las mm, d diameter lingkaran las mm,
maka irisan penampang patahnya akan
berbentuk persegi panjang sehingga Wb = 1/6.d.h2. Memasukkan harga T dan Wb ke persamaan
di atas akan diperoleh,
F x d/2 3F
τg = -------------- = ---- kg/mm2, lb/in2………………………
(6)
1/6 x d x h2 h2
c. Las dengan jarak pusat yang berbeda-beda
Las
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
3.14, memiliki jarak terhadap pusat konstruksi sambungan yang berbeda-beda. Kalau
ΔA elemen luas panampang patah las, Cg letak titik pusat
konstruksi, r jarak elemen luas terhadap pusat, τ tegangan geser las,
maka torsi terhadap pusat Cg,
τ τ.I
T = ∑r.τ.ΔA = ----- ∑
r2.ΔA = ----
r r
T.r
atau τ = ------ kg/mm2, lb/in2
.………………………...……..……. (7)
I
Momen lembam penampang las terhadap
sumbu sejajar yang melalui Cg,
I = Io + A.(r1)2
mm4, in4
A.l2
dalam hal ini Io = ------
, oleh karena itu
12
l2
I = A(----- +
r12)
12
T . r 12T.r
maka τ = ----------------- = -------------
l2 A(l2 + r12)
A (----
+ r12)
12
12T.r
atau τ =
------------ kg/mm2, lb/in2…………….………….…… (8)
A(l2 + r12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar