JENIS DAN SIFAT BAHAN LOGAM
Logam
dapat dibagi dalam dua golongan yaitu logam ferro atau logam besi dan logam non
ferro yaitu logam bukan besi.
A.
Logam Ferro
(Besi)
Logam ferro adalah suatu logam paduan yang terdiri
dari campuran unsur karbon dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logam paduan
yang mempunyai sifat yang berbeda dengan besi dan karbon maka dicampur dengan
bermacam logam lainnya.
Logam ferro terdiri dari komposisi kimia yang
sederhana antara besi dan karbon. Masuknya karbon ke dalam besi dengan berbagai
cara.
Jenis logam ferro adalah sebagai berikut.
1) Besi Tuang
Besi tuang adalah satu material penting dalam
permesinan. Karbon (C) dan silikon (Si) adalah unsur paduan utama, dengan
jumlah masing-masing berkisar 2,1-4% berat dan 1 sampai 3% berat. Besi paduan
dengan konten karbon yang kurang dari itu dikenal sebagai baja. Konon suhu
lelehnya berkorelasi, biasanya mulai dari 1150 sampai 1200 °C (2102 ke 2192
°F), atau sekitar 300 ° C (572 ° F) lebih rendah dari titik leleh besi murni.
Besi tuang cenderung rapuh, kecuali untuk besi tuang
yang ditempa. Dengan titik leleh relatif rendah, fluiditas yang baik,
castability mesin yang sangat baik, ketahanan terhadap deformasi dan ketahanan
aus, besi tuang telah menjadi bahan rekayasa dengan berbagai aplikasi dan
digunakan dalam pipa, mesin dan suku cadang industri otomotif, seperti kepala
silinder, blok silinder dan rumah gearbox. Hal ini tahan terhadap perusakan dan
melemahnya oleh oksidasi (karat). Karena besi tuang relatif rapuh, tidak cocok
untuk tujuan di mana tepi yang tajam atau fleksibilitas yang diperlukan.
2) Besi Tempa
Komposisi besi terdiri dari 99% besi murni, sifat
dapat ditempa, liat, dan tidak dapat dituang. Besi tempa antara lain dapat
digunakan untuk membuat rantai jangkar, kait keran, dan landasan kerja plat.
3) Baja Karbon
Baja karbon adalah bentuk paling umum dari baja karena
harganya yang relatif rendah sementara itu memberikan sifat material yang dapat
diterima untuk banyak aplikasi. Baja karbon berisi sekitar 0,05-0,15% karbon
dan baja ringan mengandung 0,16-0,29% karbon sehingga mudah dibentuk dan ulet,
tetapi tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas. Baja karbon ini memiliki
kekuatan tarik relatif rendah, tetapi murah dan lunak. Kekerasan permukaan
dapat ditingkatkan melalui karburasi.
Hal ini sering digunakan ketika jumlah besar dari baja
yang diperlukan, misalnya sebagai baja struktur bangunan. Kepadatan baja karbon
adalah sekitar 7,85 g/cm3 (7850 kg/m3 atau 0.284 lb/in3) [4] dan modulus Young
adalah 210 GPa (30.000.000 psi).
B.
Pengelompokan
Baja
Yang dimaksud dengan baja karbon adalah baja yang
hanya terdiri dari besi ( Fe ) dan karbon ( C ) saja tanpa adanya bahan pemadu
dan unsur lain yang kadang terdapat pada baja karbon seperti Si, Mn, P, P
hanyalah dengan prosentase yang sangat kecil yang biasa dinamakan impurities.
Pengelompokkan baja dilakkan berdasarkan :
1) Menurut kadar karbon
a) Baja Karbon Rendah.
Kandungan karbon pada baja ini antara 0.10 sampai 0.25
% . Karena kadar karbon yang sangat rendah maka baja ini lunak dan tentu saja
tidak dapat dikeraskan, dapat ditempa, dituang, mudah dilas dan dapat
dikeraskan permukaannya ( case hardening ) Baja dengan prosentase karbon
dibawah 0.15 % memiliki sifat mach ability yang rendah dan biasanya digunakan
untuk konstruksi jembatan, bangunan, dan lainnya. Komposisi campuran besi dan
karbon, kadar karbon 0,1% - 0,3%, membuat sifat dapat ditempa dengan tanah
liat. Digunakan untuk membuat mur, sekrup, pipa, dan keperluan umum dalam
pembangunan.
b) Baja Karbon Sedang
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,4%
- 0,6%. Sifat lebih kenyal dan keras. Digunakan untuk sebagian besar
permesinan, penempaan, komponen otomotif, poros, dan rel baja.
c) Baja Karbon Tinggi
Komposisi campuran besi dan karbon. Kadar karbon 0,6 -
0,99% , sangat kuat dan digunakan untuk per/pegas dan kawat kekuatan tinggi.
Karbon baja yang berhasil dapat menjalani perlakuan
panas memiliki kandungan karbon di kisaran 0,30 - 1,70% berat. Jejak kotoran
dari berbagai elemen lainnya dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap
kualitas baja yang dihasilkan. Jumlah jejak belerang khususnya membuat baja
merah pendek. Paduan baja karbon rendah, seperti kelas A36, mengandung belerang
sekitar 0,05% dan mencair sekitar 1426-1538 ° C (2599-2800 ° F) . Mangan sering
ditambahkan untuk meningkatkan kemampuan pengerasan baja karbon rendah.
Penambahan ini mengubah materi menjadi baja paduan rendah dengan beberapa
definisi, tetapi definisi AISI dari baja karbon memungkinkan hingga 1,65%
mangan berat.
d) Baja Karbon Tinggi Dengan Campuran
Komposisi baja karbon tinggi ditambah nikel atau
kobalt, krom atau tungsten, sifat rapuh, tahan suhu tinggi tanpa kehilangan
kekerasan, dapat disepuh keras, dan dimudakan. Digunakan untuk membuat mesin
bubut dan alat-alat mesin
2) Menurut Komposisinya
Menurut komposisinya, baja dapat dikelompokkan menjadi
:
a)
Baja bukan paduan
b)
Baja paduan
rendah
c)
Baja paduan
tinggi
Baja
bukan panduan mempunyai kandungan maksimal : 0,5% Si, 0,8% Mn, 0,1% Al, 0,1%
Ti, 0,25 % Cu. Baja paduan rendah mempunyai unsur paduan maksimal 5%, sedangkan
pada baja paduan tinggi > 5%.
Contoh
Baja Paduan
a) Fe + Ni
Fe + 2 % Ni untuk baja keeling
Fe + 25 % Ni tak bekarat dan tak magnetik
Fe + 36 % Ni baja invar, sifat muai yang sangat kecil
b) Fe + Cr
Kuat, Keras, dan Tahan Karat
Fe + Cr > 12 % dinamakan Stainless Steel ( Baja
Tahan Karat )
Prosentase yang banyak digunakan adalah :
Fe + 0.1 sampai 0.4 % C + 12 sampai 14 % Cr
Fe + 0.9 sampai 1.0 % C + 17 sampai 19 % Cr
Sifat tahan karat ini disebabkan karena terjadinya
lapisan chromoksida (Cr2O3) pada permukaan baja yang menghalangi terjadinya
karat. Bila prosentase C terlalu besar maka sifat tahan karat akan menurun
karena sebagian Cr akan diikat menjadi CrC. Prosentase ideal adalah C < 0.1
%
c) FE + Cr + Ni
Baja tahan asam (acid)
Contoh : baja 18/8 (18 % Cr + 8 % Ni) atau disebut
juga baja Crupp
d) HSS (High Speed Steel)
Biasa digunakan sebagai alat potong karena memiliki
sifat Red Hardness yaitu tetap memiliki kekerasan yang tinggi walaupun
temperaturnya mencapai 600 ºC .
Contoh: Fe + 0.7 – 0.8 %C, 3.8 – 4.4 %Cr, 17.5 – 19 %
W, 1.0 – 1.4 %V
3) Menurut Kemurniannya
Tingkat kemurnian pada baja adalah besar kecilnya
unsur Posphor (P) dan Sulfur (S), yang dianggap sebagai unsur-unsur yang
merusak sifat baja.
a)
Baja biasa adalah
baja dengan kandungan P dan S masing-masing 0,05%
b)
Baja kualitas
tinggi adalah baja dengan kandungan P dan S masing-masing 0,045 %
c)
Baja mulia adalah
baja dengan kandungan P dan S masing-masing 0,035 %
4) Menurut Proses Pembuatan
Karena setiap proses pembuatan berpengaruh terhadap
baja yang dihasilkan, maka pengelompokan berdasarkan prosesnya dapat dilakukan,
yaitu :
a)
Baja tungku
listrik, adalah baja yang diproses dengan menggunakan tungku listrik.
b)
Baja
Siemens-Martin (baja S-M), adalah baja yang diproses dengan proses
Siemens-Martin.
c)
Baja Linz-Donawitz
(baja LD), adalah baja yang diproses dengan proses Linz-Donawitz
d) Baja Thomas, adalah baja yang diproses dengan proses
Thomas.
5) Menurut Penggunaannya
Secara umum hanya ada 2, yaitu :
a)
Baja konstruksi
mesin, adalah baja yang digunakan untuk konstruksi bangunan atau mesin.
b) Baja perkakas, adalah baja yang digunakan sebagai
bahan perkakas.
6) Menurut Struktur Larutan Padatnya
a)
Baja austenit,
adalah baja yang terdiri dari 10 – 30% unsur paduan tertentu (Ni, Mn atau CO)
Misalnya : Baja tahan karat (Stainlees steel),nonmagnetic dan baja tahan panas
(heat resistant steel).
b)
Baja ferit,
adalah baya yang terdiri dari sejumlah besar unsur pemadu (Cr, W atau Si)
tetapi karbonnya rendah dan tidak dapat dikeraskan.
c)
Baja martensit,
adalah baja yang unsur paduannya lebih dari 5 %,sangat keras dan sukar dimesin.
d) Baja Karbid (ledeburit), adalah baja yang terdiri
sejumlah karbon dan unsur-unsur penbentuk karbid (Cr, W, Mn, Ti, Zr).
C. Besi Tuang
Besi tuang seperti halnya baja, pada dasarnya adalah
paduan besi-karbon yang lebih tinggi, biasanya antara 2,5 - 4,0 % C. Keuletan
rendah, tidak dapat ditempa, diroll, di drawing, dll. Satu-satunya cara
pembuatan yang dapat dikerjakan adalah dengan penuangan, karena itu namanya
besi tuang.
Walaupun keuletan dan kekuatannya lebih rendah
daripada baja, tetapi karena mudah di tuang dan mempunyai beberapa sifat khusus
yang berguna, maka penggunaannya lebih luas, apalagi dengan diberi tambahan
unsur paduan dan proses laku panas yang tepat, maka sifatnya dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan.
1) Klasifikasi
Besi tuang biasanya di klasifikasikan menurut struktur
metalografinya. Dalam hal ini karbon dalam besi tuang sangat menentukan. Karbon
dalam besi tuang dapat berupa instentisial yaitu sementit karbida besi atau
berupa grafit karbon bebas. Pengelompokan dapat dimulai berdasarkan kondisi
karbonnya. Bila Seluruh karbon berupa sementit maka ia adalah besi tuang putih,
selanjutnya dikelompokkan berupa bentuk fisik grafitnya,. Terjadinya struktur
yang berbeda-beda ini di pengaruhi oleh beberapa faktor terutama kadar karbon,
kadar paduan dan pengotoran, laju pendinginan selama dan sesudah pendinginan
dan perlakuan panas sesudah penuangan.
Besi tuang dapat dikelompokkan menjadi:
a) Besi Tuang Putih
Besi tuang putih yang biasa diproduksi adalah besi
tuang putih hypoeutectic. Untuk mempelajari perubahan yang terjadi
selama pembekuan dan pendinginan perhatikan diagram fasa besi karbida.
Gambar 1. Diagram fasa besi karbida
(sumber : google.com)
Pada temperatur T1 berupa cairan dan mulai membeku
pada T2, membentuk kristal austenit. Dengan penurunan temperatur maka
makin banyak austenit yang terbentuk, makin sedikit sisa cairan dan komposisinya
makin kaya karbon. Pada temperatur T3 sudah banyak austenit yang
terbentuk, bila reaksi austetik selesai maka akan mulai lagi terjadi penurunan
temperatur dengan makin rendahnya temperatur makin rendah pula kelarutan
karbon dalam austenit. Pada X4 komposisi austenit akan bertranformasi
menjadi eutectoid sehingga struktur akhir akan terdiri dari dendrite
austenit yang bertranformasi menjadi perlit.
Mengingat bahwa sementit adalah struktur yang sangat
keras dan getas maka besi tuang putih yang mengandung sejumlah besar
sementit yang berupa jaringan yang kontinyu juga akan keras, tahan aus dan
sangat sulit diproses mesin.
b) Besi Tuang Mampu Tempa
Sementit adalah struktur yang metastabil, ia cenderung
untuk bedekomposisi menjadi besi dan karbon. Besi tuang mampu tempa dibuat dari
besi tuang putih dengan suatu proses yang dinamakan malleableisasi bertujuan
mengubah sementit besi tuang putih menjadi temper karbon dan ferrit, proses ini
dilakukan dengan dua tahapan annealing. Annealing tahap pertama dan annealing
tahap kedua.
Pada annealing tahap pertama, besi tuang putih
dipanaskan sampai 900 – 950 ˚C selama beberapa jam, selama pemanasan perlit
akan bertransformasi menjadi austenit, yang juga akan melarutkan sebagian
sementit. Setelah itu didinginkan cepat ke 760˚C untuk melakukan annealing
tahap kedua.
Pada annealing tahap kedua, benda kerja didinginkan
sangat lambat laju pendinginan 3 - 9 ˚C per jam, melewati daerah temperatur
kritis dimana reaksi autektoit akan berlangsung, selama pendinginan ini karbon
yang masih terlarut dalam austenit
akan keluar dari austenit, tidak sebagai sementit seperti biasanya, tetapi
sebagai grafit.austenit akhirnya akan bertranformasi menjadi ferrit.
Bila pendinginan pada annealing tahap kedua
lebih dipercepat maka akan ada sebagian karbon yang tidak samapi keluar menjadi
grafit, masih tetap larut dalam austenit, yang pada pendinginan
selanjutnya akan bertranformasi menjadi perlit. Makin tinggi temperatur awal
quenching dan makin tinggi laju pendinginannya makin banyak perlit yang
terbentuk.
Dengan laju pendinginan yang cukup tinggi akan
dapat diperoleh matrik yang sepenuhnya perlitik.
Bila laju pendinginan pada saat melalui daerah kritis
tidak cukup tinggi maka hanya karbon yang ada disekitar inti grafit yang sempat
keluar keluar dari austenit sehingga disekitar grafit akan terjadi ferrit dan
di daerah yang agak jauh akan terjadi perlit.
Biasanya struktur perlitik dari melleabel cast iron
perlu ditemparing untuk yang berstruktur perlitik kasar, tempering dilakukan
pada temperatur antara 650-700˚C,
sehingga diperoleh speroidized carbide, karena sementit yang ada pada perlit
akan berubah menjadi spheoroidit dengan demikian kemampuan mesin akan naik,
begitu juga dengan ketangguhannya, sedangkan kekerasannya akan menurun.
c)
Besi Tuang Kelabu
Besi tuang kelabu adalah besi tuang yang paling banyak
digunakan, berbeda dengan besi tuang malleabel, grafit pada besi tuang kelabu
terbentuk pada saat pembekuan, proses grafitisasi ini didorong oleh tingginya
kadar karbon. Grafit merupakan bagian terlemah dalam besi tuang, kekuatan besi
tuang sangat tergantung kekuatan dari matriksnya, matrik ini tergantung apada
kondisi dari semenrtit pada autektoid, bila komposisi dan laju pendinginan
diatur sedemikian rupa, sehingga sementit pada eutectoid juga akan menjadi
grafit. Maka struktur dari matrik sepenuhnya ferrit.
·
Perlakuan panas
besi tuang kelabu
Besi tuang mengalami pemanasan biasanya jauh di bawah
daerah temperatur kritis, temperatur transformasi perlit menjadi austenit,
yaitu sekitar 510-565˚C dengan pemanasan selama 1 jam pada temperatur tersebut
akan menghilangkan 75-85% dari tegangan yang diinginkan.
Annealing pada
temperatur 710-800˚C akan meningkatkan kemampuan mesin. Pada temperatur ini
sementit yang akan berdekomposisi menjadi grafit dan ferrit. Besi tuang harus
berada pada temperatur ini dalam waktu yang cukup panjang sehingga dapat
terjadfi grafitisasi yang sempurna.
Normalising dilakukan untuk memperbaiki sifat mekanik
atau untuk mengembalikan sifatnya semula, yang berubah akibat proses perlakuan
panas sebelumnya. Normalizing dilakukan dengan memanaskan besi tuang di
atas temperatur tranformasi, ditahan kurang lebih 1 jam/in tebal benda, lalu
didinginkan dengan udara diam.
·
Ukuran dan distribusi dari grafite
flakes
Grafit berbentuk flake dengan
ukuran yang besar akan memutuskan kontinyuitas matrik, akibatnya menurunkan
kekuatan dan keuletan besi tuang kelabu flake dengan ukuran kecil tidak
terlalu berpengaruh buruk, karenanya biasanya banyak diinginkan. Ukuran flake
dapat ditetapkan dengan cara membandingkan dengan suatu ukuran standar yang
sudah ditetapkan bersama antara AFS dan ASTM yaitu dengan mengukur panjang
grafit flake yang terpanjang dari besi tuang kelabu. Dengan menambah
jumlah silikon maka jumlah eutectic yang terjadi juga akan bertambah dan
memperkecil ukuran flake mengingat bahwa silikon adalah unsur yang
mendorong grafitisasi. Cara terbaik untuk memperkecil ukuran grafit dan
memperbaiki penyebarannya ialah dengan menambahkan jumlah bahan yang di kenal
sebagai innoculen.
·
Sifat mekanik dan
penggunaan besi tuang kelabu
Kekuatan tarik merupakan sifat yang penting dalam
memilih besi tuang untuk bagian konstruksi yang akan menerima beban tarik.
Kekerasan dari besi tuang kelabu merupakan harga rata-rata dari grafit yang lunak
dan matriknya.
Komposisi juga merupakan pengaruh terhadap kekerasan,
kadar karbon, dan silikon yang makin tinggi akan menurunkan kekerasan, walaupun
pengaruhnya tak sebesar pengaruh terhadap kekuatan tarik. Karena besi tuang
kelabu adalah jenis benda tuangan yang paling murah maka bila diperlukan benda
tuangan kelabu merupakan pilihan pertama logam lain dapat dipilih bila sifat
mekanik dan sifat fisik dari besi tuang kelabu tidak memenuhi syarat.
d)
Besi Tuang
Nodular
Besi tuang nodular dikenal juga dengan nama ductile
iron, dari namanya dapat diterka bahwa besi tuang ini grafit berbentuk
bola-bola kecil karena grafitnya yang terbentuk speroid yang padat ini kekuatan
dan ketangguhannya lebih tinggi dari besi tuang dengan grafit berbentuk flake,
oleh karena itu ada yang menamakannya besi tuang ulet. Besi tuang nodular austenitic
termasuk besi tuang paduan berkadar tinggi, besi ini penting karena sifat
tahan korosinya yang relatif tinggi. Besi tuang nodular banyak di gunakan di
bidang pertanian, untuk traktor, dan perlengkapannya, diesel, automotive, untuk
poros engkol, kepala silinder, dll
e)
Besi Tuang Paduan
Besi tuang paduan adalah besi tuang yang mengandung
satu atau beberapa unsur paduan dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan
modifikasi terhadap sifat fisik maupun mekaniknya. Unsur paduan yang sering
dipakai dalam grafitisasi.
D. Krom
Krom akan memperbanyak jumlah karbon yang terikat
yaitu dengan membentuk karbida kompleks krom-besi, penambahan sedikit krom akan
menaikkan kekuatan, kekerasan, tahan aus, tahan panas tapi kemampuan mesin nya
menurun
E. Tembaga
Tembaga bertindak sebagai grafitisert, tapi
kemampuannya hanya seperlima dari silikon, kadar tembaga biasanya antara
0,25-2,5% tembaga cendereung memecah karbida yang besar menjadi lebih halus dan
akan memperkuat matrik.
F. Molybden
Molybden akan memperbaiki sifat mekanik, biasanya di
tambahkan0,25-1,25% dan pengaruhnya sama seperti terhadap baja, kekerasan besi
tuang menjadi lebih baikmencegah terjadinya Distorsi dan retak pada besi tuang.
G.
Vanadium
Vanadium unsur pembentuk karbida yang sangat kuat,
dan menghallangibentukan grafit dengan menambah 0,10-0,25%%V akan menaikkan
tensiule strength, tranverse strength, dan kekerasan
H. Nikel
Nikel adalah unsur yang mendorong pembentukan
grafit, tapi kekuatannya separuh dari silikon. Nikel pada besi tuangh
dimaksudkan untuk mengontrol struktur mikro yaitu dengan menghalangi
tranformasi austenit, menstabilkan perlit dan mempertahankan jumlah karbida.
I.
Silikon
Silikon merupakan unsur yang sangat penting dalam
pembuatan besi tuang, ia menaikkan tingkat keenceran dari cairan besi sehingga
mudah dituang ke dalam cetakan yang tipis dan rumit. Silikon adalah unsur yang
mendorong pembentukan grafit pada besi tuang, selama pembakuan dengan adanya
silikon karbon kan membeku sebagai grafit yang berbentuk flake. Bentuk ini
hanya bisa dirubah dengan cara mencairkan kembali.
J.
Sulfur
Sulfur berlawanan dengan silikon, sulfur akan
mendorong terbentuknya karbida, dalam jumlah yang cukup besar sulfur akan
menyebabkan besi tuang menjadi besi tuang putih yang sangat keras dan getas.
K. Mangan
Mangan mendorong pembentukan karbida, tapi tak
sekuat sulfur. Bila jumlah mangan yang diguanakan untuk pembentukan MnS, maka
mangan tersebut mengurangi pengaruh sulfur dalam pembentukan karbida
L.
Phosphor
Phosphor menaikkan fluidity dan memperluas daerah
pembakuan eutektik, juga untuk mendorong pembentukan grafit, bila kadar silikon
cukup tinggi dan kadar phosphor rendah, phosphor diperlukan bila harus menuang
benda tuang dengan dinding tipis.
M. Jenis-Jenis Baja
1) Baja Konstruksi
Unsur yang paling menentukan dalam baja jenis ini
adalah unsur karbon. Kenaikan kadar C akan mengakibatkan naiknya kekerasan dan
kekuatan, tetapi batas mulurnya turun dan semakin getas, selain itu mampu las
dan mampu mesinnya juga ikut menurun.
2) Baja Keras Permukaan
Baja keras permukaan dipakai untuk bagian-bagian mesin
yang harus memiliki kekuatan tinggi, keuletan yang baik di bagian dalamnya
untuk menahan beban kejut, tumbuk dan puntir. Selain itu permukaannya harus
tahan aus.
Umumnya, baja keras permukaan memiliki kadar karbon
yang rendah (sekitar 0,2 %). Batas kadar karbon pada baja agar dapat dikeraskan
adalah 0,3 % , karena itu baja keras permukaan harus mengalami pengarbonan agar
dapat mencapai tingkat kekerasan yang ingin dicapai.
3)
Baja Temper
Temper adalah salah satu jenis perlakuan panas (heat
treatment) yang bertujuan meningkatkan kekuatan atau keuletan dan
menurunkan kekerasan bahan. Bahan yang mungkin untuk dijadikan baja temper
adalah baja dengan kadar karbon > 0,2 % dengan kualitas kemurnian yang
tinggi. Baja temper biasanya digunakan untuk bahan bagian-bagian mesin dengan
beban mekanis tinggi.
4)
Baja Otomat
Dengan penambahan Sulfur kurang lebih 0,2 % sifat
mampu mesin akan lebih baik. Unsur S akan membentuk Sulfida dengan Fe atau
dengan bahan paduan Mn. Sulfida yang Terbentuk akan menyebabkan tatal (beram)
selama proses permesinan menjadi pendek-pendek. Tatal yang pendek sangat baik
untuk pengerjaan dengan mesin-mesin otomatis, karena itu baja ini disebut baja
otomat. Kadang unsur Pb pun ikut ditambahkan agar permukaan hasil permesinan menjadi
lebih baik.
5) Baja Perkakas
Perkakas potong, cetakan pembentukannya dibuat dari
baja perkakas.
Baja perkakas dapat dikelompokkan menjadi :
a) Baja perkakas bukan paduan
Baja perkakas dibedakan dari tinggi rendahnya kadar
karbonnya, yang berkisar 0,5 % - 1,6 %.
Beberapa baja perkakas bukan paduan :
W =
baja perkakas
1 & 2 = kualitas kemurnian ( kemurnian 1 < 2 )
b)
Baja perkakas
dingin paduan
Umumnya digunakan untuk perkakas potong kecepatan
rendah, dimana suhu potongnya kurang dari 200C. Apabila digunakan sebagai
bahan perkakas pembentuk (tanpa pemotongan) dimana suhu kerjanya < 300oC.
Selain mengandung karbon C hingga 2 %, unsur-unsur Cr, Mo, V, W dan Ni
ditambahkan untuk meningkatkan ketahanan aus dan kemampuan potong.
c) Baja perkakas panas paduan
Banyak digunakan untuk proses pengerjaan logam tanpa
pemotongan, seperti : cetak tekan, cetakan pembuat mur, baut, keling, dsb. Suhu
kerjanya berkisar antara 300o- 1200oC. Dengan suhu kerja
tersebut, maka baja harus keras, tahan aus, kekuatan dan keuletannya tidak
berubah dalam suhu tinggi. Dengan penambahan Cr, Mo, W, V dan Ni sifat-sifat
yang harus dimilikinya bisa dicapai.
d)
Baja perkakas
kecepatan tinggi
Baja jenis HSS dipakai untuk pengerjaan logam dengan
pemotongan. Suhu kerja untuk HSS dapat mencapai 600C. Kekerasan, keuletan,
tahan aus dan panasnya tidak berubah dalam suhu kerja. Sifat-sifat ini dapat
dicapai dengan penambahan unsur Cr, W, Mo, V dan Co sedangkan kadar karbonnya
rata-rata berkisar 0,8 %. Unsur paduan tadi akan bereaksi dengan karbon
membentuk karbida yang sangat keras dan tahan suhu tinggi.
N.
Non ferrous metal
(logam non-ferro)
Logam
Non-Ferro (Non-Ferrous Metal) ialah jenis logam yang secara kimiawi tidak
memiliki unsur besi atau Ferro (Fe), oleh karena itu logam jenis ini disebut
sebagai logam bukan Besi (non Ferro). Beberapa dari jenis logam ini telah
disebutkan dimana termasuk logam yang banyak dan umum digunakan baik secara
murni maupun sebagai unsur paduan.
Pada uraian berikut akan kita lihat logam dari jenis
non Ferro ini secara lebih luas lagi, karena semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama dalam pengolahan bahan logam, menjadikan
semua jenis logam digunakan secara luas dengan berbagai alasan, mutu produk
yang semakin ditingkatkan, kebutuhan berbagai peralatan pendukung teknologi
serta keterbatasan dari ketersediaan bahan-bahan yang secara umum digunakan dan
lainlain. Logam non Ferro ini terdapat dalam berbagai jenis dan masingmasing
memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda secara spesifik antara logam yang
satu dengan logam yang lainnya, demikian pula F. Sifat dan berbagai
karakteristik dari beberapa logam non Ferro.
Jenis-jenis logam non ferro antara lain :
1) Tembaga (copper)
Tembaga ialah salah satu logam penting sebagai bahan
teknik yang pemakaiannya sangat luas baik digunakan dalam keadaan murni maupun
dalam bentuk paduan. Tembaga memilki kekuatan Tarik 150 N/mm2 sebagai Tembaga
Cor dan dengan proses pengerjaan dingin kekuatan tarik Tembaga dapat
ditingkatkan hingga 390 N/mm2 demikian pula dengan angka kekerasannya dimana
Tembaga Cor memiliki angka kekerasan 45 HB dan meningkat hingga 90 HB melalui
proses pengerjaan dingin, dengan demikian juga akan diperoleh sifat Tembaga
yang ulet serta dapat dipertahankan walaupun dilakukan proses perlakuan panas
misalnya dengan Tempering.
Sifat listrik dan sebagai penghantar panas yang baik
dari Tembaga (Electrical and Thermal Conductor) Tembaga dan menduduki urutan
kedua setelah Silver namun untuk ini Tembaga dipersyaratkan memiliki kemurnian
hingga 99,9 %. Salah satu sifat yang baik dari tembaga ini juga adalah
ketahanannya terhadap korosi atmospheric bahkan jenis korosi yang lainnya .
Tembaga mudah dibentuk dan disambung melalui
penyolderan (Soldering), Brazing dan pengelasan (Welding). Untuk membahas lebih
jauh tentang Tembaga ini dapat dilihat pada uraian tentang Tembaga dan
paduannya.
Sejenis logam berwarna coklat kemerahan, mempunyai
permukaan yang kilap dan tidak cacat dipermukaannya. Sifatnya pengalir panas
yang baik, titik cair 1980°F (1100°c) dapat di rol menjadi plat tipis, mudah
dipotong, dapat dikikir, dan dapat ditekuk.
2) Kuningan (brass)
Adalah paduan logam dari tembaga dan seng (Cu + Zn) .
Terdapat dua jenis. Pertama campuran kuningan (70% tembaga + 30% seng) berwarna
unggu dan campuran kuningan ( 90% tembaga + 10% seng ) berwarna emas
kekuningan. Kuningan apabila dikerjakan akan menjadi keras dengan cepat dan
memerlukan proses annealing (proses melembutkan struktur logam).
Kuningan mudah dipotong, dikikir dan diberi warna. Titik cair 940°C.
3) Perunggu (bronze)
Adalah paduan logam dari tembaga 90% + seng 10%.
Paduan ini lebih kuat daripada tembaga dan kuningan, menjadikan satu logam yang
baik dan berwarna emas kekuningan. Kegunaan utamanya adalah untuk seni logam.
Mudah dipotong dan dikikir. Titik cairnya 1562°F hingga 1832°F ( 850°C hingga
1000°C ).
4)
Aluminium.
Aluminium adalah logam yang berwarna putih terang dan
sangat mengkilap dengan titik cair 660˚C sangat tahan terhadap pengaruh
atmosfer juga bersifat electrical dan Thermal Conductor dengan koefisien yang
sangat tinggi.
Secara komersial Aluminium memiliki tingkat kemurnian
hingga 99,9 %, dan Aluminium non paduan kekuatan tariknya ialah 60 N/mm2 dan
dikembangkan melelui proses pengerjaan dingin dapat ditingkatkan sesuai dengan
kebutuhannya hingga 140 N/mm2. Berasal dari bijih boksit dalam bentuk batu
lembut seperti kapur. Boksit biasanya mengandung 32% aluminium.
5)
Perak
Silver,
Argentum (Ag) adalah salah satu logam mulia yang memiliki titik cair 960˚C
terdapat dalam skala kecil dan terpadu pada Tembaga dan Emas. Silver memiliki
konduktifitas listrik yang paling tinggi dibanding dengan logam lainnya dan
digunakan dalam kontak listrik juga dalam “Silver solders” serta bahan
pelapis logam lain.
6)
Emas
Sejenis
logam yang berat dan berwarna kekuningan. Logam yang paling liat. Suhu cairnya
ialah 1900°F ( 1060°c ).
7)
Lead, Timbal,
Timah hitam, Plumbum (Pb)
Timah hitam sangat sangat lunak, lembek tetapi ulet,
memiliki warna putih terang yang sangat jelas terlihat pada patahan atau
pecahannya. Timah Hitam memiliki berat jenis (ρ) yang sangat tinggi yaitu =11,3
kg/dm3 dengan titik cair 327˚C, digunakan sebagai isolator anti radiasi
Nuclear. Timah hitam diperoleh dari senyawa Plumbum-Sulphur (PbS) yang disebut
“Gelena” dengan kadar yang sangat kecil.
Proses pemurniannya dilakukan dengan memanaskannya
didalam dapur tinggi, proses pencairan untuk menghilangkan oxides serta unsur
lainnya. Selain untuk pemakaian sebagai isolator radiasi, Timah hitam digunakan
juga sebagai bahan pelapis pada bantalan luncur, bahan timah pateri serta
sebagai unsur paduan dengan baja atau logam Non Ferro lainnya yang menghasilkan
logam dengan sifat Free Cutting atau yang disebut sebagai baja Otomat.
8)
Titanium (Ti)
Titanium
(Ti) memiliki warna putih kelabu, sifatnya yang kuat seperti baja dan stabil
hingga temperatur 400˚C, tahan korosi dan memiliki berat jenis (ρ) = 4,5
kg/dm3. Titanium (Ti) digunakan sebagai unsur pemurni pada baja serta sebagai
bahan paduan dengan Aluminium dan logam lainnya.
9)
Nickel, Nickolium
(Ni)
Nickel, Nickolium merupakan unsur penting yang
terdapat pada endapan terak bumi yang biasanya tercamppur dengan bijih tembaga.
Oleh kerena itu diperlukan proses pemisahan dan pemurnian dari berbagai unsur
yang akan merugikan sifat Nickel tersebut.
10) Timah putih, Tin, Stannum (Sn)
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) ialah logam yang
berwarna putih mengkilap, sangat lembek dengan titik cair yang rendah yakni 232˚C.
Logam ini memiliki sifat ketahanan korosi yang tinggi sehingga bnayak digunakan
sebagai bahan pelapis pada plat baja, digunakan sebagai kemasan pada berbagai
produk makanan karena Timah putih ini sangat tahan terhadap asam buah dan
Juice.
Fungsi kegunaan yang lain ialah sebagai bahan pelapis
pada bantalan luncur serta sebagai unsur paduan pada bahan-bahan yang memiliki
titik cair rendah. Timah putih, Tin, Stannum (Sn) paling banyak digunakan
sebagai timah pateri serta paduan pada logam-logam bantalan seperti Bronzes dan
gunmetal atau ditambahkan sedikit pada paduan Tembaga Seng (Kuningan, Brasses)
untuk memperoleh ketahanan korosi.
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) diproses dari bijih
timah (Tinstone), extraksinya dilakukan melalui pencairan dengan temperatur
tinggi sehingga timah dapat mengalir keluar dari berbagai unsur pengikatnya.
11) Seng, Zincum (Zn)
Seng, Zincum (Zn) ialah logam yang berwarna putih
kebiruan memiliki titik cair 419˚C, sangat lunak dan lembek tetapi akan menjadi
rapuh ketika dilakukan pembentukan dengan temperatur pengerjaan antara 100˚C
sampai 150˚C tetapi sampai temperatur ini masih baik dan mudah untuk
dikerjakan. Seng memiliki sifat tahan
terhadap korosi sehingga banyak digunakan dalam pelapisan plat baja sebagai
pelindung baja tersebut dari pengaruh gangguan korosi, selain itu Seng juga
digunakan sebagai unsur paduan dan sebagai bahan dasar paduan logam yang
dibentuk melalui pengecoran.
12) Chromium (Cr)
Chromium ialah logam berwarna kelabu, sangat keras
dengan titik cair yang tinggi yakni 1890˚C. Chromium diperoleh dari unsur
Chromite, yaitu senyawa FeO.Cr2. Unsur Chromite (Fe2 Cr2 06) serta
Crocoisite (PbCrO4).
13) Magnesium (Mg)
Magnesium ialah logam yang berwarna putih perak dan
sangat mengkilap dengan titik cair 651˚C yang dapat digunakan sebagai bahan
paduan ringan, sifat dan karakteristiknya sama dengan Aluminium. Perbedaan
titik cairnya sangat kecil tetapi sedikit berbeda dengan Aluminium terutama
pada permukaannya yang mudah keropos bila terjadi oxidasi dengan udara.
14) Mercury, Hydragirum (Hg)
Mercury,
Hydragirum (Hg) ialah salah satu jenis logam murni yang diperoleh dalam skala
kecil dengan logam murni lainnya serta Sulphide (HgS) yang dapat dilakukan
extraksi melalui pemanasan sederhana yang kemudian diproses secara destilasi,
jika perlu dilakukan pengerjaan
lanjut untuk menghilangkan kadar Seng dan Cadmium. Mercury digunakan dalam
Thermometer dan Barometer serta saklar atau electrical Switches.
15) Tungten, Wolfram (W)
Tungten,
Wolfram (W) memiliki titik cair 3410˚C berwarna kelabu, sangat keras dan rapuh
pada temperatur ruangan, tetapi ulet dan liat pada Temperatur tinggi. Bahan
dasar dari Tungten, Wolfram (W) ini ialah Oxide mineral dan diperoleh melalui
proses reduksi. Tungten, Wolfram (W) digunakan sebagai bahan pembuatan
filament, untuk kwat radio dan lampu serta digunakan pula sebagai unsur paduan
pada alat potong (Tool Steel) yakni sebagai bahan High Speed Steel (HSS) atau
baja kecepatan tinggi, baja Magnet serta dibentuk melalui proses sintering
untuk bahan perkakas.
16) Vanadium (V)
Vanadium
(V) akan mencair pada Temperatur diatas 1900˚C, logam yang berwarna putih ini
sangat keras, jika ditambahkan pada baja sebagai unsur paduan akan menambah
kekenyalan dari baja tersebut.