SATUAN STANDAR DAN TEGANGAN BAHAN
1. Satuan Standar
Dalam
pengukuran, ukuran fisik suatu benda diperoleh dengan cara membanding-kan
dengan satuan besaran. Sebagai contoh, misalnya suatu benda berukuran panjang
10 cm, berarti benda tersebut memiliki panjang 10 kali ukuran standar cm. Begitu
pula mi-salnya suatu benda seberat
10 kg, berarti benda tersebut memiliki berat 10 kali berat kg.
Satuan ialah besaran ukuran, ditunjukkan
dengan kode. Contoh, ukuran berat dalam kilogram (kg), Newton (N), pound (lb), dan sebagainya. Ukuran panjang
dalam sentimeter (cm), inchi (in) dan sebagainya. Ukuran kecepatan dalam
meter/detik (m/dt), feet/detik (ft/dt) dan sebagainya. Semua satuan dasar
tersebut dibuat dalam kesatuan ukuran yang disebut Standar.
Dalam teknik mesin, standar adalah sekumpulan spesifikasi elemen, bahan atau proses, dengan maksud
untuk mendapatkan keragaman, efisiensi dan mutu tertentu. Menurut standar
Inggris, ukuran panjang in, dan ukuran
PANJANG
1 in = 25,4 mm = 0,0254 m 1 mm =
0,039 730 079 in
1 ft = 304,8 mm = 0,3048 m 1 m
= 39,370 079 in = 3,280 840 ft
1 yd = 914,4 mm = 0,9144 m 1
mikron = 0,001 mm
1 mil = 5.280 ft = 1.760 yd = 1,609 344 km 1 km = 0,621 37 mil
LUAS
1 in2
=
645,16 mm2 1 mm2 = 0,0001 550 in2
1 ft2 =
0,092 903 04 m2 1 m2 =
1,550 003 in2
1
yd2 = 0,836 127 36 m2
1 km2 =
0,386 10 mi2
1 mil2
= 2,589 988 11 (km)2 1 hektar = (100
m)2 = 2,471 acres
1 arce
=43,560 ft2 = 4.046 m2 = 0,404 865 hectares
VOLUME
1 in3 = 16,387 064 mm3 1 mm3 = 0,000 061 024 in3
1
ft3 = 0,028
316 846 592 m3 1 m3 =
1.000 liter = 61.023.74 in3
1 yd3
= 0,764 554 857 984 m3
=
35. 314.67 ft3
1
gallon = 227, 42 in3 = 4,546 09 liter 1 liter = 1.000 cc = 1.000 mm3
1 barrel = 42 gallon = 158,987 liter
GAYA
1 lb =
4,448 221 N = 444,822 2 dynes 1 N = 100.000n dynes = 0,224 808 94 lb
1 dyne = 0,000 01 N = 0,000 002 248 09 lb
BEBAN JENIS, TEGANGAN ATAU TEKANAN
1 lb/in =
175,126 83 N/m
1 N/m = 0,005 710 147 lb/in
1 lb/ft =
14,593 903 N/m = 0,068 521 76 lb/ft
1 lb/in2
= psi = 6.894.757 2 N/m2 (Pa) 1 N/m2 = 1 Pa = 0,000 145
psi
1 admosphere = 14,695 9 lb/in2 1 kg/mm2 = 0,086760118 lb/in2
MASSA
1 lb = 0,453 592 37 kg 1 kg = 2,204
822 6 lb
1 slug = 32,174 05 lbm = 14,593 903 kg 1 kg = 0,068 621 76 slug
BERAT JENIS
1 lb/in3
= 27.679,905 kg/m3
1 kg/m3 =
0,000 036 127 29 lb/in3
1 lb/ft3
= 16,018 45 kg/m3 = 0,062 427 95 lb/ft3
1 slug/ft3 = 515,379 kg/m3 = 0,001 940 321 slug/ft3
KERJA DAN ENERGI
1 lb in =
0,112 984 8 Nm (J) 1 Nm
= 1 J = 107 ergs
1 lb ft =
1.355 82 Nm (J)
= 8,850 746 lb in
1 BTU (59oF)
= 777,980 5 lb ft = 1.054, 80 Nm (J) = 0,737 562 lb ft
1 calorie (59oF) = 3,o87 29 lb ft = 4,185 80 Nm(J) 1 BTU = 251,995 calories
DAYA
1 hp = 550 lb ft/sec = 0,457 kW (kN/sec) 1 kW
= 1,3410 hp 1 hp = 0,635 kW
2.
Gaya dan Massa
Hukum
Newton ke dua mengenai gerakan mengatakan,
Bila
F berat dalam (N) dan g grafitasi dalam m/dt2 maka
F N.dt2
g m
Dalam standar SI, grafitasi g = 9,8066
m/dt2.
na itu
3. Beban Nominal dan Beban Kerja
Dalam kondisi kerja, beban elemen mesin
biasanya terdiri dari
Beban nominal adalah
4. Momen,
Usaha dan Daya
Momen adalah hasil perkalian antara
Usaha
adalah hasil perkalian antara
Daya adalah usaha per satuan waktu detik, atau
Usaha
Daya =
---------- kg-cm/dt ……...………………….. (4)
waktu dt.
Untuk
mesin-mesin tenaga seperti mesin otomotif, mesin turbin atau yang lain, biasanya besarnya daya dinyatakan dalan tenaga kuda
(tk), untuk mesin-mesin listrik,
besarnya usaha dinyatakan dalam Joule (J) dan besarnya daya dinyatakan dalam
Volt Ampere.
1 J
= daya 1 watt bekerja dalam 1 detik
1000 J = daya 1
kilo watt bekerja dalam 1 detik
1 kWh = daya 1
kilo watt bekerja dalam 1 jam
Daya = Volt
x Ampere = V x A ………………………….. (5)
1 V.A
= 1 Watt (W) = 1/1000 kW = 1 kVA = 1000
W
Padanan satuan usaha dengan daya seperti
berikut:
1 kg-m = 9,8
joule
1
kg-m/dt = 9,8 joule/dt = 9,8 Watt
1 tk = 75 kg-m/dt = 0,736 kW
5. Titik Berat
Gambar 1.4 adalah suatu penampang
sembarang, A1, A2 dan seterusnya elemen luas
A1.y1
+ A2..y2
+ .. dst
yr = ------------------------------- ……………………………..
(6)
A1 + A2 + .. dst
A1.
x1 + A2. x+ .. dst
xr = ---------------------------- ….……….……………….. (7)
A1 + A2 + dst
Gambar 4b memiliki sumbu simitri, oleh karena itu letak titik berat C cukup dihitung dengan rumus (6)
Contoh 1
Penampang T seperti dalam Gambar 1.5 ukuran dalam mm, tentukan letak titik beratnya!
Penyelesaian
Penampang T tersebut terdiri dari dua
persegi panjang masing-masing dengan luas,
Jarak masing-masing luas
terhadap sisi atas y1 = 100 mm dan y2
= 12,5 mm. Penampang bentuk T tersebut
memiliki sumbu simitri, maka letak titik berat C dapat dipastikan akan terletak
di sumbu simitri tersebut. Oleh karena
itu letak titik
berat C dapat ditentukan dengan
persamaan:
A1
x y1 + A2 x y2 3.750
mm2 x 100 mm + 2.500 mm2 x 12,5 mm
y =
--------------------- =
-------------------------------------------------------- = 65 mm
A1
+ A2 3.750 mm2 + 2.500 mm2
Jadi letak
titik pusat Cg 65 cm dari sisi atas.
6. Momen Lembam dan Momen Tahanan
Momen lembam adalah hasil kali antara elemen
luas dengan kuadrat jarak terhadap sumbu yang diperhatikan. Kalau x-x sumbu
mendatar, y-y sumbu tegak, maka momen lembam terhadap sumbu x-x adalah Ix dan momen lembam
terhadap sumbu y-y adalah Iy.
Gambar
1.7. Momen lembam beberapa penampang
Ip
= Ix + Iy …. mm4
………………………………..…………….….
(10)
Momen lembam (I) untuk beberapa penampang, ditunjukkan dalam Gambar 1.7. Momen tahanan W adalah hasil bagi antara momen lembam dengan jari-jari r terhadap pusat Cg. Untuk penampang bulat r = d/2 untuk penampang persegi, r = h/2, maka momen tahanannya adalah,
I
W =
--- mm3 …………………..……………….... (11)
r
Contoh 2.
Sebuah
batang berpenampang seperti yang terlihat dalam Gambar 1.8. Tentukan momen lembam dan momen tahanannya?
7. Tegangan Nominal
Untuk menentukan
ukuran elemen mesin, kebanyakan menggunakan hubungan ke elasitasan. Hubungan
tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Tarik dan Tekan
Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.9 masing-masing batang dibebani tarik dan tekan, kalau αt adalah
tegangan tarik, αd tegangan tekan, maka besar tegangan tersebut,
F
σt, αd = ---- .. kg/mm2 ………………………………….
(12)
A
Tegangan yang dihitung dengan rumus
(12) disebut tegangan
murni. Rumus (12) hanya berlaku
kalau beban F bekerja tanpa
kejut, garis kerja beban berimpit dengan
sumbu. Sedangkan untuk beban tekan pada batang relatif pendek, tidak akan terjadi tekuk pada bagian tekan.
b. Regangan dan Elasitas
Bila sebuah batang lurus dibebani tarik dengan garis kerja melalui sumbu seperti yang terlihat dalam Gambar 1.10, secara ideal batang akan bertambah panjang. Pertambahan panjang ini disebut regangan. Kalau δ menunjukkan regangan, δ = l2 – l1, l2 adalah pan-jang setelah ditarik, l1 panjang sebelum ditarik, maka kalau ε adalah spesifik perpanjangan, maka spesifik perpanjangan tersebut dapat ditentukan dengan persamaan,
Misalnya beban
tarik dilepas, kemudian
sikap batang masih
kembali ke ukuran semula, ini
menunjukkan bahwa batang masih
dalam keadaan elastis
(E). Bahan dalam keadaan elastis
berarti mengikuti hukum
Hooke yang menyatakan
bahwa, dalam keadaan
tertentu, tegangan suatu
bahan berbanding lurus
dengan tegangan
yang terjadi, atau
σ
= E.ε ………………………………
(14)
Kalau pembebanan pada batas elastis diteruskan, maka batang akan mengalami regang tetap (yield), hal ini dalam diagram ditunjukkan pada titik C. Kemudian terjadinya pertambahan regangan sudah tidak sebanding lagi dengan peningkatan tegangan, meskipun pembebanan tidak dilepas akhirnya batang akan putus (breack) di titik D. Untuk perubahan yang mengarah tegak lurus sumbu yang terjadi akibat putaran seperti yang terlihat dalam Gambar 1.11, perubahannya disebut regang geser (τg). Menurut Hukum Hooke tegangan geser yang dimaksud dapat ditentukan sebagai berikut. Kalau G modulus elasitas geser maka,
τg = γ .G
………………………….….……… (15)
Saling mengganti σ = F/A dengan ε = δ/l maka akan diperoleh,
F. l
δ = ----- ………………………………..…… (16)
A.E
Batang yang dibebani tarik, perubahannya tidak hanya ke
arah panjang saja, tetapi juga ke arah
melintang sumbu. Kalau perubahan tersebut masih mengikuti Hukum Hooke, oleh Poison
dikatakan bahwa regangan yang terjadi akan saling berbanding lurus. Bila μ menunjukkan perbadingan Poison maka,
Regang arah
melintang sumbu Δr
μ = - ------------------------------------- = ---- ……. ...(17)
Regang arah memanjang Δl
Untuk logam kebanyakan harga μ = 0,3
Hubungan antara E, G dengan μ dapat dinyatakan,
E
G = ----------
kg/cm2 ……………………………... (18)
2(1 + μ)
Contoh 3.
Sebuah batang dalam Gambar 1.12, berdiameter 1,6 cm dibebani 600 kg. Beban
bekerja tanpa kejut. Hitung besar tegangan tariknya.
Hitungan.
Beban
bekerja tanpa kejut, berarti besar
tegangan yang terjadi
dapat dihitung dengan rumus,
Sebuah tali seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.13
dibebani 500 kg dan 250 kg. Tali yang di
atas dari baja berdiameter 18 mm dan yang bawah dari alumunium berdiame ter 15 mm. Hitung tegangan yang terjadi
di masing-masing tali tersebut.
Hitungan: Luas penampang putus tali baja,
A = 0,785 (18 mm)2 = 254,34 mm2
Beban yang ditahan tali baja = 500 kg + 250 kg
=
750 kg
F 750 kg
Tegangan
tali baja σt = --- = --------------- = 2,95 kg/mm2
A 254,34 mm2
Luas
penampang putus tali alumunium
A = 0,785 x (15 mm)2 = 176,625 mm2. Tegangan tarik tali aluminium,
250
kg
σt =
----------------- = 1,42 kg/mm2
176,625 mm2
Contoh 5.
Panjang kawat baja seperti terlihat dalam Gambar 1.14, sebelum
dibebani 40 cm, setelah dibebani menjadi 40,3 cm panjangnya. Berapa % perpanjangannya?
Penyelesaian:
Beda panjang Δl = l2 – l2 = 40,3 cm – 40 cm = 0,3 cm
Perpanjangan dalam % dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Δl 0,3 cm
ε = ----
x 100 % = --------- x 100
% = 0,75 %
l 40
cm
Contoh 6.
Sebuah batang berbentuk tabung seperti Gambar 1.15,
mempunyai tegangan tekan 41 kg/mm2,
Diameter luar do = 10 cm, diameter dalam di = 6
cm. Tentukan berat beban maksimal yang dapat ditahan tabung tersebut?
Penyelesaian:
Luas penampang dinding tabung,
A = 0,785 x (do2
– di2) = 0,785 x (100 cm2 – 36 cm2)
=
50,24 cm2
Berat beban maksimal yang dapat ditahan,
F = A x σd = 50,24 cm2 x 4.100 kg/cm2 = 205.985 kg.
Pembebanan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
1.16, disebut kolom yang dibebani tekuk. Bila ukuran ukuran batang terlalu panjang terhadap penampangnya, dapat menyebabkan gagal karena tekuk. Kolom yang tidak menekuk karena bentuknya sendiri disebut batang tekan sederhana.
Dalam merencanakan kolom, masalah tekuk perlu dipertimbangkan secara cermat. Adanya tekuk pada kolom suatu bangunan, akan menyebabkan bangunan tersebut tidak stabil. Penyebab terjadinya
tekuk biasanya karena kelebihan beban, sering disebut beban kritis (Fkr). Untuk mencegah terjadinya beban
kritis, sebaiknya beban F dibuat lebih
kecil dari beban kritis, atau F < Fkr. Menurut Euler, beban kritis penyebab tekuk dapat
dihitung dengan rumus,
Cπ2EI
Fkr
= --------- kg ……………………………………..
(18)
l2
σyl2
Menurut Johson, Fkr = Aσy (1-
---------- kg ……………………………….. (19)
4Cπ2Ei2
Dalam hal ini C =
konstante kondisi ujung,
E = modulus elasitas bahan kg/cm2,
l =
tinggi kolom cm,
I = momen lembang linier cm4,
σy = tegangan luluh
(yield) bahan kg/cm2
i = jari-jari kelembaman cm, dan λ = (I/A)1/2
mm.
Harga konstante C tergantung dari cara bagaimana beban
bekerja. Dalam praktek merencanakan elemen mesin, jarang digunakan
faktor C lebih besar dari satu (1). Hal ini disebabkan terlalu sulit membuat
ikatan yang mati di ujung kolom, meskipun perakitannya dengan cara dilas
bengkokan-bengkokan kecil tetap akan terjadi.
Harga
konstante C untuk beberapa ujung model kolom dalam Gambar 1.16, ditunjukkan
dalam Tabel 1.1.
Beban kritis menurut Euler dan
Johnson masih harus dibagi dengan faktor keamanan Sf, dengan
demikian rumus Euler akan berubah menjadi,
Fkr C.π2.E.I
F = ---- = ---------- kg …………………………………….. (20)
Sf Sf.l2
dan rumus Johson juga berubah menjadi,
σy.l2
F = A.σy.(1- -----------------) kg …………………………… (21)
4.Sf.C.π2.E.i2
Misalnya i = (I/A)½, I = i2.A,
dengan mengganti I = i2.A ke dalam rumus Euler diperoleh,
C.π2.E.i2.A C.π2.E.A
Fkr =
-------------- = ----------- kg ……………….…………(22)
Sf.l2 Sf.(1/i2)
Mempersamakan Fkr = Euler dengan Fkr
johson diperoleh,
Contoh 7
Kolom seperti yang terlihat
dalam Gambar 1.17, terbuat
dari St 41, tinggi kolom 6
m, diameter 10 cm, faktor keamanan 2, modulus elasitas baja 8,5 x 105
kg/cm2. Tentukan beban kritis menurut Euler dan Johson untuk kolom
tersebut?
Penyelesaian:
Menurut jenis sistem kolom dalam Tabel 1.1, harga konstate C = 4, dengan rumus Euler, beban kritisnya,
Bahan kolom dari St 41, artinya besar σt = 41 kg/mm2 = 4.100 kg/cm2. Dalam perhitungan sering diambil besar tegangan lumer σy = (0,,5 ÷ 0,75)σt. Menetapkan σy = 0,75 σt,, maka σy = 0,75 x 4.100 kg/cm2 = 3.075 kg/cm2. Memasukkan hasil-hasil tersebut ke dalam persamaan diperoleh,
d.
Putus Geser
Beban F seperti dalam Gambar 1.18,
menyebabkan pena putus tergeser. Kalau A luas penampang putus karena
geseran, besar tegangan geser dapat ditentukan dengan rumus,
F
τ = ---- kg/cm2 ……………………………………….. (23)
A
A = luas penampang geser bulat pejal = 0,785 d2, untuk penampang
berbentuk tabung A = 0,785( do2 – di2) , do diameter luar, di
diameter dalam, sedangkan untuk
penampang persegi luas penampang A = b.h, dalam hal ini b adalah lebar dan h tebal.
Contoh 8.
Batang seperti ditunjukkan oleh Gambar
1.18, berdiameter pejal 12 mm bahan dari St 41.
Hitung
kemampuan batang tersebut terhadap beban geser?
Hitungan.
Kemampuan
batang terhadap beban geser dihitung dengan rumus,
F = A x τ
Dalam
hal ini A = 0,785 x d2 =
0,785 x (1,2 cm)2 = 1,1304 cm2.
Bahan
batang dari St 41 berarti σt putus
= 41 kg/mm2 = 4.100 kg/cm2, dari rumus empiris
sering dibuat τ = (0,6 ÷ 0,8)σt, untuk ini diambil
τ = 0,8 σt = 0,8 x 4.100 kg/cm2 = 3.280 kg/cm2. Jadi kemampuan batang
terhadap beban geseran,
F = 1,1304 cm2 x 3.1280 kg/cm2 = 3.707,712 kg.
e. Bengkokan
Bila batang seperti yang terlihat dalam Gambar 1.19 dibebani
bengkokan, maka be sar momen bengkok terhadap jepitan,
Untuk
penampang persegi yang dibebani
sejajar sisi tebal,
Wb = 1/6 bh2, kalau beban
sejajar sisi lebar, Wb = 1/6b2h. Untuk penampang bulat pejal, Wb = π/32.d3,
kalau π/32 ≈ 0,1,
maka dapat pakai
Wb = 0,1 d3. Untuk penampang
berbentuk tabung, besar momen tahanan
Wb dapat dihitung dengan persamaan,
π do4 –
di4 do4 – di4
Wb = --- x ----------
atau = 0,1 x ----------
32 do do
Sudut
kemiringan batang karena melentur, dapat dihitung dengan rumus,
F.l3
Ө = ----- radian …………………………………… (25)
E.I
F/l3
Jarak lentur y = ------ .cm ……………………………………. (26)
3.E.I
Dalam hal ini F = beban bengkok dalam kg
l = panjang batang yang terbebani cm,
E =
modulus elasitas bahan batang kg/cm2
I = momen lembam linier dalam cm4
Contoh 9.
Batang seperti yang terdapat pada
Gambar 1.19, panjang 1,5 m, lebar 8 cm, tebal 4 cm. Salah satu ujungnya dijepit
dan ujung yang lain bebas. Bahan batang dari St 41, kalau diujung yang bebas
dibebani, berapa beban maksimal yang dapat ditahan apabila garis kerja beban
sejajar sisi lebarnya?
Penyelesaian:
Bahan balok dari St 41, ini berarti tegangan
tarik putus σt = 41
kg/mm2. Dalam hitungan sering
ditetapkan σb = σt
= 41 kg/mm2 atau = 4.100 kg/cm2. Berdasarkan
pembebanan seperti pada gambar, momen tahanan bengkok Wb = 1/16.b.h2 = 1/16 x 4 cm x (8 cm)2 = 42,667 cm3
Menggunakan rumus
tegangan bengkok dapat
dihitung,
Mb = Wb
x σb = 42,667 cm3 x 4.100 kg/cm2
=
174.934,7 k-cm …………………… (a)
Besar momen bengkok juga dapat ditentukan dengan:
Mb
= F x l ……………….………………..... (b)
Mempersamakan
persamaan (a) dengan persamaan (b) atau pers. (a) = pers. (b)
174.934,7 kg-cm
= F x 150 cm
174.934,7 kg-cm
maka F = --------------------- = 1.166,2313 kg.
150 cm
Jadi beban maksimal yang dapat ditahan adalah 1.166,2313 kg.
f. Puntiran
Batang berpenampang bulat dibebani
puntir seperti dalam Gambar 1.21, Kalau F beban
puntir, r jari-jari puntir, maka besar momen puntir (torisi) T = F x r. Kalau τw tegangan puntir, Mw momen puntir
atau torsi T, Ww momen tahanan
puntir, maka tegangan
dapat dihitung dapat ditentukan dengan rumus,
dapat dihitung dapat ditentukan
dengan rumus,
Mw T
τw =
------ atau = ----
kg/mm2 ……………………... (27)
Ww Ww
Momen tahanan penampang bulat Ww
= π/16d3 ≈ 0,2d3, untuk penampang berbentuk cincin, kalau do diameter luar, di
diameter dalam, maka momen tahanan tersebut dapat dihitung dengan persamaan,
elemen penampang tidak merata, oleh
karena itu untuk menghitung besar tegangannya rumus (27) tidak dapat digunakan. Batang berpenampang
persegi seperti yang terdapat dalam Gambar 1.22 besar tegangan geser yang
terjadi dapat dihitung dengan rumus,
T
τmaks.
= ------------- ………………………….…………... (30)
0,333.b.c2
Besar sudut puntir yang terjadi dihitung dengan rumus,
T
Ө = ----------------- rad. …………….…………………..... (31)
0,333.G.b.c3
Apabila ukuran sisi b tidak terlalu panjang terhadap c, misalnya mendekati
bentuknya bujur sangkar, maka rumus (30) dan rumus
(31) tidak dapat dipakai. Penampang seperti dalam Gambar 1.22b, tegangan yang
terjadi di titik A1 dan A2 dihitung dengan rumus,
T
τ1
= -------- ……………………..…….….…..…………(32)
α1.b.c2
T
τ2
= -------- …………………..…….…….………....
(33)
α2.b.c2
Sudut puntir per satuan panjang dalam radian dapat ditentukan dengan
rumus,
T
Ө =
----------- …………….……………...…………... (34)
β.G.b.c3
Konstaate α, β
dan beberapa harga perbandingan b/a terdapat dalam Tabel 1.2.
Contoh
10.
Batang seperti dalam Gambar 1.23, dibebani puntir 100 kg, jari-jari puntir 30 cm, diameter batang dan panjang batang masing-masing 4 cm dan 80 cm. Modulus geser 8,5 x 105 kg/cm2 Tentukan: (a) tegangan yang terjadi? (b) sudut puntir penampang? (c) regang geser akibat puntiran?
Penyelesaian: a).
Torsi T = F x r = 100 kg x 30 cm = 3.000 kg-cm.
T
Tegangan puntir τw = ----
Ww
Ww = 0,2d3 = 0,2 x (4 cm)3
= 12,8 cm3
3.000 kg-cm
maka
τw = ----------------
= 234,375 kg/cm2
12,8 cm3
b). Sudut
puntir penampang,
T.l
180o
Ө = ---- x ------
G.I π
π.d4 3,14 x (4 cm)4
di
sini I = ------ = ------------------ = 12,56 cm4
64 64
3.000 kg-cm x 80
cm x 180o
maka Ө =
------------------------------------ = 4,065o
8,5 x 105
kg/cm2 x 12,56 cm3
τw 234,375 kg/cm2
c). Regang geser γ = ---- =
-------------------- = 0,0002 rad.
G 8,5 x 105 kg/cm2
Contoh 11.
Sebatang balok dalam Gambar 1.24 berpenampang 6 cm x 12 cm. Balok dibebani torsi 336,7 kg-cm. Modulus geser bahan balok 8,4 x
105 kg/cm2. Hitung tegangan puntir maksimal yang dapat
ditahan balok tersebut?
Penyelesaian:
Perbandingan sisi penamapng b/a = 12 cm/6 cm = 2 Dalam Tabel 1.2
terbaca harga α1 = 0,246, α2 = 0,309 dan β = 0,229. Tegangan maksimum
akan terjadi di sisi
penampang yang berukuran 12 cm,
maka,
T 366,7 kg-cm
τw1 =
---------- =
----------------------------- = 1,726
kg/cm2
α1.b.c2 0,246 x 6 cm x (12 cm)2
Tegangan pada sisi yang ukurannya 6 cm,
T 366,7 kg-cm
τw1 = -------- =
----------------------------- = 1,374
kg/cm2
α2.b.c2
0,309 x
6 cm x (12 cm)2
Besar sudut puntir penampang yang terjadi dihitung dengan persamaan,
T 366,7 kg-cm
Ө = ----------- =
---------------------------------------------------- = 0,00000018 rad
β.G.b.c3 0,229 x 8,4 x 105 kg/cm2
x 6 cm x (12 cm)3
8. Tegangan Gabungan
Apabila batang dibebani gabungan,
menurut teori superposisi, tegangan gabungan tersebut merupakan jumlah dari
tegangan bagian.
a. Gabungan antara Tegangan Tarik
dan Bengkok
Batang lempeng seperti
terlihat dalam Gambar 1.25a, letak garis beban
F sejauh r dari sumbu. Beban F akan menimbulkan tegangan tarik σt secara langsung dan tegangan bengkok σb
akibat momen F x r. Besar teagangan
tarik akibat beban langsung σt = F/A, sedang besar tegangan
bengkok akibat dari momen, σb = Mb.r/I. Pembebanan pada
Gambar 1.25a, dapat disederhanakan seperti dalam Gambar 1.25b. Garis diagram tegangan tarik σt
akibat beban langsung, garis diagram tekan σd
dan tarik σt
akibat momen, ditunjukkan dalam Gambar
1.25c, sedangkan diagram gabungannya ditunjukkan oleh Gambar 1.25d. Dalam
Gambar 1.25a, n-m menunjukkan bagian
yang patah, dari pengujian disebutkan bahwa tegangan minimal akan terjadi di
titik n, dan tegangan maksimal akan terjadi di titik m. Tegangan di titik n dihung dengan rumus,
F M x r
αmin
= ----- - -------- (tekan) ……………………………. (36)
A I
Tegangan di titik m dihitung dengan rumus,
F M x r
σmaks.
= ---- +
------- (tarik) ………………………...….. (37)
A I
Dalam rumus tersebut, tanda (-) menunjukkan terjadinya
tegangan tekan, tanda (+) terjadinya tegangan tarik. A luas penampang patah
dalam cm2, r jarak garis beban terhadap sumbu batang dalam cm, dan I
adalah momen lembam penampang dalam cm4.
b.
Gabungan Tegangan Tarik dan Tegangan Geser
Gambar
1.26a menunjukkan elemen dari suatu
batang yang dibebani tarik dan geser. Bila
elemen tersebut mengalami perubahan
bentuk karena pembebanan, maka perubahan
bentuk tersebut akan berpengaruh terhadap bagian-bagian yang lain. Sebagai
misal bidang ABCD dan bidang FGHE mendapat tegangan tarik σt,
tegangan tarik tersebut akan menyebabkan
bidang ADEF dan bidang HCBG mengalami penyempitan ke arah sumbu y. Hal ini
menunjukkan bahwa bidang tersebut
mendapat tegangan tekan σy tegak lurus penampang kubus. Bidang ABCD
dan FGHE selain mendapat tarik σt,
juga mendapat tegangan geser τxy. Akibatnya bidang ADEF dan GBCH
juga mendapat tegangan geser sebagai reaksi dari regangan bidang ABCD dan FGHE yang merupakan tegangan
normal. Tegangan pada bidang yang berhadapan, akan sama besar. Menurut teori
elasitas, tegangan-tegangan tersebut dapat dihitung,
Dalam rumus tersebut,
σx =
tegangan normal pada arah sumbu x
σy = tegangan normal pada arah sumbu y
τxy = tegangan geser pada bidang tegak
Untuk menghitung tegangan gabungan
dari tegangan tarik, dan tegangan bengkok, oleh Huber dan Henky digunakan rumus
praktis sebagai berikut,
σi
= (σ2 + 3τ2)½ ……………………………...…………… (41)
dalam rumus tersebut, σi = tegangan
gabungan,
σ =
tegangan normal (tarik, tekan atau bengkokan)
τ =
tegangan geser atau puntir.
Penghitungan momen gabungan yang terjadi akibat beban
bengkok dan beban puntir dapat dihitung dengan rumus,
Mi = (Mb2
+ ¾ Mw2)½ …………………...……….…..….(42)